Ani Nuraini's Blog

PERADABAN ISLAM PADA MASA AL-KHULAFA AL-RASYIDÛN

Posted on: Januari 17, 2010

  1. Pendahuluan

Peradaban Islam pada masa Al-Khulafa Al-Rasyidûn merupakan masa-masa penuh ibrah dan model peradaban yang gemilang. Dua khalifah yang pertama telah memberikan jalan kepada umat Islam untuk memajukan peradaban Islam. Khalifah Abu Bakar Al-Shiddieq dan khalifah Umar bin Al-Khattab telah merintis jalan yang berliku untuk melancarkan perjalanan bagi perjuangan memajukan peradaban Islam bagi khalifah berikutnya.

Dua khalifah terakhir, yakni khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib melanjutkan memimpin umat Islam, terlepas dari adanya beberapa fitnah besar dikalangan mereka.

Tulisan berikut akan mengupas sejumlah ibrah dari kepemimpinan para Al-Khulafa Al-Rasyidûn. Catatan sejarah semasa kepemimpinan mereka yang agung ini perlu direnungkan. “Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat ibrah bagi Ulul Albab”.

  1. Kepribadian Al-Khulafa Al-Rasyidûn

Pertama, Abu Bakar, dilahirkan di Mekah, dua setengah tahun setelah tahun gajah. Pada masa pra Islam namanya adalah Abdul Ka’bah, kemudian Nabi SAW menggantinya dengan Abdullah. Gelar Abu Bakar diberikan, karena ia orang yang paling dini dalam Islam (Haikal, 1987:3). Sejak kecila beliau dikenal sebagai anak yang baik, sabar, jujur, lembut, sehingga sangat disenangi oleh masyarakat. Ia seorang pemikir Mekah yang memandang penyembahan berhala sebagai suatu kebodohan dan kepalsuan belaka (Haikal : 5). Sehingga tidaklah heran pada saat ditawarkan Islam kepadanya, ia langsung menerimanya. Setelah masuk Islam, ia menumpahkan perhatiannya untuk pengembangan Islam. Dalam setiap pertempuran bersama Nabi SAW ia tidak pernah absen. Ia adalah orang yang sederhana. Bahkan pada saat menjadi khailifahpun ia tetap sederhana, bahkan sebelum wafat ia mengembalikan semua harta ke baitul mal.

Kedua, Umar bin Khattab, ia seorang yang tegap, kuat, berani dan berdisiplin tinggi. Tutur bahasanya halus, bicaranya fasih. Ia terkenal sebagai pegulat. Disamping itu ia orang yang zuhud, yang paling keras menjauhi harta (Haikal : 63). Ia masuk Islam dalam usia 27 tahun, pada tahun 616 M, dimana sebelumnya ia merupakan tokoh Quraisy yang paling gigih menentang Islam. Keislamannya membuka jalan bagi masuk islamnya pemuka-pemuka Arab lainnya.

Ketiga, Usman bin Affan, ia lahir pada tahun keenam Tahun Gajah. Ia berasal dari keturunan Bani Umayah. Perawakannya sedang, tidak tinggi, tidak pendek, wajahnya tampan, berkulit cerah dengan warna sawo matang dan terdapat sedikit bekas cacar (Haikal : 33)

Keempat, Ali bin Abi Thalib, ia anak Abu Thalib, paman Nabi. Ia mengenal cahaya Islam ketika berusia 10 tahun. Selain Khadijah perempuan pertama

Sifat yang lekat dengan Ali adalah kefasihan bicara, zuhud, keberanian, selalu memenuhi janji, adil, pemaaf, dan hati yang bersih. Hidupnya lebih banyak menahan lapar dan sangat kuat menahan diri dalam masalah-masalah dunia, serta tekun beribadah (Ali Audah : 58)

C. Suksesi Al-Khulafa Al-Rasyidûn

Kekhalifahan merupakan sumber perselisihan pertama dikalangan kaum muslimin, dan hal itu terjadi di tempat kediaman Rasulullah SAW, sebelum jenazah beliau dimakamkan (Ahmad Amin, 1993: 80).  Kaum Anshar mengadakan persidangan di Saqifah Bani Saidah untuk membahas suksesi ini. Kaum Anshar menuntut bahwa merekalah yang memberikan perlindungan kepada Nabi pada waktu krisis besar. Oleh karena itu seorang pengganti Nabi harus dipilih dari kalangan mereka (Syed Mahmudunnasir, 1994 : 117). Kaum Anshar dari suku Khazraj mencalonkan wakilnya Sa’ad bin Ubadah untuk mengganti Nabi. Kemudian Sa’ad berpidato untuk mempengaruhi kaum Anshar agar mengikuti anjurannya.

Kaum Muhajirin mendengar hal tersebut, kemudian berunding dan mengirimkan tiga orang untuk menghadiri siding tersebut, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bib Jarrah. Ketiga tokoh ini masih mendengar bagian terakhir dari pidato Sa’ad bin Ubadah. Konon Umar bin Khattab tidak mampu menahan diri saat itu dan ingin maju ke depan menangkis pidato tersebut, tetapi dicegah oleh Abu Bakar (Joesoef Sou”yb : 19). Kemudian Abu Bakar maju ke depan dengan tenang dan bijak, dan kemudian berpidato dengan menenangkan suasana. Yang dilakukan Abu Bakar adalah yang kita sebut dengan serangan damai. Pada masa dahulu serangan damai demikian ini sudah tidak asing lagi. Cara ini dilakukan oleh Abu Bakar juga oleh kedua sahabatnya dalam pertemuan yang sangat bersejarah itu (Haikal : 35). Abu Bakar di dalam pidatonya mengatakan bahwa kepemimpinan adalah hak kaum Quraisy, karena merekalah yang merasakan pahit getirnya perjuangan Islam sejak awal. Tetapi kaum Anshar terus mendesak. Kemudian Abu Bakar bin Jarrah berkata : “ Sahabat-sahabatku dari kalangan Anshar! Kamu adalah pihak yang pertama-tama menyokong dan membantu. Janganlah kamu menjadi pihak yang pertama-tama berobah dan berganti pendirian (Joesoef : 27). Hal ini membuat tenang suasana dan dimanfaatkan oleh Abu Bakar dengan mengajukan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah untuk dipilih. Tetapi keduanya menolak dan kemudian membai’at Abu Bakar. Hal ini diikuti oleh Basyir Ibnu Sa’ad kaum Anshar dari suku Aus, dan diikuti oleh semua yang ada dalam persidangan di Saqifah Bani Saidah.

Asapun Ali bin Abi Thalib tidak hadir dipersidangan lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah SAW, dan ketidakhadirannya itu menjadi alas an pula baginya untuk tidak turut membai’at (Hamka, 2001 : 204).

Abu Bakar mengalami dua kali pembai’atan, pertama di Saqifah Bani Saidah yang dikenal dengan bau’ah hasanah. Pada bau’ah yang kedua Abu Bakar menyampaikan pidatonya sebagai berikut :

“Hai orang banyak seumumnya, aku diangkat mengepalai kamu, dan aku bukanlah terbaik diantara kamu. Jika aku membikin kebaikan, maka sokonhlah aku. Jika aku membikin kejelekan, maka betulkan aku. Kebenaran itu suatu amanat, dan kebohongan itu suatu khianat. Yang terlemah diantara kamu aku anggap yang terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan haknya. Yang terlemah diantara kamu aku anggap terlemah sampai aku mengambil hak si lemah dari tangannya. Janganlah seorangpun diantara kamu meninggalkan jihad karena akan ditimpakan kehinaan oleh tuhan. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Bila aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya tiada kewajiban patuh bagi kamu terhadapku. Kini marilah kita menunaikan shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kamu”. (bagian 1)

Tinggalkan komentar

Demi Waktu

Kalender

Januari 2010
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Belajar Menghias Blog dengan Animasi

Blog Stats

  • 10.878 hits

Pendidikan